Selasa, 09 Februari 2016

Ventrikel Takikardi

LAPORAN PENDAHULUAN
“VENTRIKEL TAKIKARDI”




 



ANNISA RAHAYU
(14.401.13.012)





AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015





“VENTRIKEL TAKIKARDI ”

1.    Definisi
-    Ventrikel takikardi (VT) adalah terdapat tiga atau lebih premature ventricular contraction (PVC) atau ventricular extrasystoles (VES) dengan laju lebih dari 120 kali permenit (Sudoyo, A.W. et al, 2009).
-        Ventrikel takikardi (VT) adalah disritmia jantung yang diakibatkan oleh peningkatan iritabilitas miokard (Muttaqin, A. 2012).
-    Ventrikel takikardi (VT) adalah denyut jantung cepat yang dimulai di ruang jantung bagian bawah (ventrikel). Konduksi listrik ventrikel berlangsung abnormal sehingga mengganggu sinyal listrik yang datang dari nodus sinoatrial, alat pacu jantung alami sehingga tidak memungkinkan cukup waktu bagi jantung untuk terisi sebelum berkontraksi, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terganggu. Takikardia ventrikel biasanya berhubungan dengan masalah jantung termasuk penyakit arteri koroner, kardiomiopati, prolaps katup mitral, kelainan katup jantung, dan penyakit lain seperti sarkoidosis (Kamus Kesehatan).
2.    Klasifikasi
Secara umum VT dibagi menjadi 2 yaitu :
a.       Monomorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan dan menandakan depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama (Sudoyo, A.W. et al, 2009).


b.      Polimorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat. Pada umumnya disebabkan oleh infark miokard. Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non sustained (Sudoyo, A.W. et al, 2009).                           

                                          
Klasivikasi VT berdasarkan etiologinya :
      a)  VT ideopatik : alur keluar ventrikel kanan Umumnya VT jenis  ini disebabkan oleh  
           proses automatisasi, trigerred   activity, dan takikardi dengan perantaraan siklik AMP yang  
           dirangsang oleh saraf adrenergic dan sensitive   terhadap   peningkatan   kalsium   intrasel
b)  VT idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini adalah takikardi fasikular karena adanya  proses   reentry  pada   fasikel  anterior   dan  posterior   sebagai  penyebab takikardi.
c)   VT kardiomiopati dilatasi non iskemia
       Bundle   branch   reentrant   VT:   VT   jenis   ini   ditemukan   pada   pasien kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia). Secara klinis, VT jenis ini berbahaya sehingga menyebabkan sinkop atau henti jantung.
     Arrhytmogenic right ventricular dysplasia   (ARVD) VT yang  terdapat infiltrasi lemak dan jaringanparu pada miokard   ventrikel kanan. Karakteristiknya  adalah kompleks  QRS  denganmorfologi blok berkas. Tatalaksan jenis VT ini adalah ICD (implantable cardioverter defibrilator) yang efektif mencegah kematian jantung mendadak
d)  VT ischemia disebabkan oleh penyakit jantung koroner seperti infark miokard akut (Boru, C.Y. 2011)
3.    Etiologi
a.       Idiopatik, tidak dapat ditentukan penyakit dasarnya.
b.      Penyakit jantung koroner (PJK) seperti infark miokard akut (IMA), pasca IMA.
c.       Kardiomiopati (kongestif atau dilatasi, hipertrofik, miokarditis akut, alkoholik).
d.      Penyakit jantung rematik terutama pada pasca penggantian katup.
e.       Penyakit jantung hipertensi.
f.       Prolap katup mitral.
g.      Payah jantung akibat PJK, PJR, PJH, atau ideopatik.
h.      Metabolik (hipokalemia, hipertiroid).
i.        Sindrome QT memanjang.
j.  Gejala-gejala yang sering muncul pada penyakit paru,trauma jantung, obat-obatan dan sarkoidosis.
(Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).

4.    Manifestasi
a.       Asimtomatik
b.      Simtomatik
1)      Palpitasi
a)      Denyut jantung keras
b)      Denyut jantung berhenti
c)      Pukulan di daerah dada
d)     Dada bergetar
e)      Denyut jantung cepat
f)       Denyut jantung tidak teratur
2)      Pusing hingga sinkop, dyspneu
3)      Keluhan penyakit dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina pektoris, dan lain-lain.
(Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
Irama ventrikular yang dapat di ketahui dengan EKG adalah sebagai berikut :
a.        Frekuensi 150-200 denyut permenit
b.      Gelombang P biasanya tenggelam dalma kompleks QRS, bila terlihat tidak selalu mempunyai 
      pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.
c.    Kompleks QRS mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi PVC, yaitu lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
d. Hantaran berasal dari ventrikel dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
e.     Irama biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikel ireguler.
(Muttaqin, A. 2012).

5.    Patofisiologi dan Pathway
a)      Patofisiologi
-       Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan infark miokard akut, gangguan elektrolit, gangguan   keseimbangan   asam   basa   dan   tonus adrenergic yang tinggi.
-       Reentri merupakan mekanisme aritmia yang biasanya disebabkan oleh IMA dan kardiomiopati dilatasi yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah terbentukmaka eritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak.
     
6.    Komplikasi
a.       VF (Ventrikel Fibrilasi)
b.      Gagal jantung
c.       Kematian mendadak
d.      Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.
(Zagoto, R.R. 2012).

7.    Pemeriksaan Penunjang
a)    EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi, gangguan irama jantung dan efek ketidak seimangan elektrolit dan obat jantung
b)   Monitor holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana gangguan irama jantng timbul dapat juga mengevaluasi fungsi pacu jantung
c)    Rongen dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan katup
d)   Scan pencitraan miokard
Dapat menunjukkan area iskemik atau kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal dinding dan kemampuan pompa
e)    Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan gangguan irama jantung
f)    Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkab atau meningkatnya gangguan irama jantung
g)   Laju sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut atau aktif (endocarditis sebagai factor pencetus gangguan irama jantung)



8.    Penatalaksanaan
a)                   Bila keadaan hemodinamik stabil, terminasi VT dilakukan dengan pemberian obat-obatan secara
             intravena seperti :
1)      Amiodaron dengan dosis pembebanan 15 mg/menit diberikan dalam 10 menit dan diikuti dengan infus kontinue 1 mg/ menit selama 6 jam dan dosis pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Kontra indikasi :
Sinus bradikardia, blok SA (sino-atrial) , blok AV (atrioventrikuler), sinus Syndrome, gangguan fungsi tiroid, wanita hamil dan menyusui. Faktor yang harus diperhatikan :
Perhatian Monitor tekanan darah, fungsi tiroid, fungsi hati secara teratur. Hati-hati pada tekanan darah tinggi, insufisiensi pemafasan berat, kardiomiopati dan payah jantung.
Cara kerja :
Merupakan obat antiaritmia dari klas III, yang mekanisme kedanya memanjangkan repolarisasi. Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan tidak sempurna pada pemberian oral, kadar puncak tercapai setelah 5-6 jam. Amiodaron terikat pada jaringan dan dimetabolisme secara lambat dihati. Waktu paruhnya panjang, yaitu 25-60 hari.Karena memerlukan beberapa bulan untuk mencapai efek penuh, diperlukan dosis awal 
(loading dose) selama 8-10 hari dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan. Pengobatan dinilai setelah 2-8 rninggu; dan diteruskan bila aritrnia ventrikel tidak dapat dilbangkitkan lagi. 
Interaksi obat :
a.       Penggunaan bersama amiodarone dengan simvastatin dan lovastatin dosis tinggi dapat meningkatkan risiko myopati. Mekanismenya adalah hambatan CYP450 3A4 di interstinal dan hepar yang menyebab  kan bioavalibiliti dan menurunkan klirens simvastatin (Yuniadi, 2009).
b.      Pemberian  amiodaron  bersama  digoksin  akan meningkatkan  kadar  digoksin serum  hingga  100% sehingga  menyebabkan  intoksikasi.  Peningkatan  ini lebih tinggi lagi pada anak-anak. Lidokaine dapat diberikan dalam dosis 100 mg bolus intravena selama beberapa menit. Jika berhasil, lanjutkan dalam bentuk infus 2-4 mg/menit (Yuniadi, 2009).
2)      Prokainamid
3)      Dopamin
4)   Kardioversi elektrik yang dapat dimulai dengan energi rendah (10 joule dan 50 joule
5)  Penatalaksanaan jangka panjang menggunakan ICD atau The Multicenter Automatic Defribrillator Trial atau MADIT.
                 (Sudoyo, A.W. et al, 2009).


9.    Konsep Asuhan Keperawatan
a.        Pengkajian 
1)   Identitas
Ventrikel takikardi dapat ditemukan pada pasien segala usia serta meningkat pada usia > 60 tahun serta paling sering di jumpai pada pasien dengan IMA (Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
2)   Keluhan utama
Dalam mendapatkan  anamnesis dari  pasien yang kolaps,  penting untuk  menentukan adakah kehilangan kesadaran atau tidak (Boru, C.Y., 2011).
3)   Riwayat penyakit
a)    Riwayat penyakit sekarang
Pasien yang mengalami ventrikel takikardi akan mengalami palpitasi, denyut jantung keras, denyut jantung berhenti, pukulan di daerah dada, dada bergetar, denyut jantung cepat, serta denyut jantung tidak teratur. Keluhan penyakit dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina pektoris, dan lain-lain (Bakta, I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
b)   Riwayat penyakit dahulu
Penderita IMA bisa terserang ventrikel takikardi (Boru, C.Y., 2011).
c)    Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya sindrom QT panjang atau kardiomiopati turunan (Boru, C.Y., 2011).
4)   Pemeriksaan fisik
Keadaan umum                  : kelelahan umum
Sirkulasi                              : perubahan TD hipertensi atau hipotensi,
nadi tidak teratur, devisit nadi,bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi eksterna,
Integritas ego                      : perasaan gugup, perasaan, terancam, cemas
Makanan dan cairan           : hilang nafsu makan atau anoreksia
Neurosensori                       : pusing, berdenyut, disorientasi, bingung,
perubahan pupil
B1 (Breathing)
Pola napas dinilai kecepatan, irama, dan auskultasi.
Bunyi napas yang dinilai normal, vesikuler, bronkovesikuler, wheezing, ronchi, penurunan atau hilangnya bunyi napas dapat menunjukkan adanya pnemotorak atau fibrosa pada pleura.
Ekspansi dada dinilai penuh atau tidak penuh dan dinilai kesimetrisannya.
B2 (Blood)
Irama jantung frekuensi, regular atau ireguler, adanya distensi vena jugularis.
Tekanan darah, hipotensi dapat terjadi akibat dari penggunaan ventilator.
Bunyi jantung yang dinilai S1 terdengar saat kontraksi jantung atau systole ventilator, S2 terdengar saat akhir kontraksi ventrikel, S3 dikenal dengan ventricular gallop menandakan adanya dilatasi ventrikel.
Edema dikaji lokasi dan derajatnya.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya mengalami penurunan kesadaran
akibat hipoksia.
B4 (Bladder)
Biasanya terpasang kateter urin untuk mengetahui intake dan output yang sesuai kebutuhan tubuh pasien
B5 (Bowel)              
Pencernaan yang dikaji rongga mulut,ada atau tidaknya lesi pada mulut perubhan pada warna pada lidah dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
Bising usus ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji lakukan observasi kurang lebih 2 menit
B6 (Bone)
Tulang, otot, integument, warna kulit, integritas kulit perlu dikaji adanya lesi dan dekubitus, turgor kulit serta suhu, dan kelembaban kulit untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok kardiogenik.
b)     Diagnosa keperawatan
1)      Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2)      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
3)      Penurunan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
4)  Ansietas b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
5) Kurang pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara menghindari komplikasi.
c)      Intervensi
1)      Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
-       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penurunan curah jantung dapat teratasi dan dapat menunjukkan TTV dalam batas normal.
-       Kriteria hasil :
a)      Pasien melaporkan penurunan episode dyspnea
b)      Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
c)      Tidak terjadi aritmia denyut jantung
-       Intervensi
a)      Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga
Rasional       : mencegah kesalahfahaman antara pasien  dan
perawat serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan perawat.

b)      Kaji adanya penurunan curah jantung
Rasional       : kejadian mortalitas dan morbiditas berhubungan
dengan IMA yang lebih dari 24 jam pertama.
c)      Kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional       : biasanya terjadi takikardi meskipun saat
Beristirahat.
d)     Observasi pengeluaran urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine
Rasional       : ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung
dengan menhan natrium dan cairan.
e)      Berikan posisi semirekumben pada tempat tidut atau kursi
Rasional       : istirahat dengan posisi semirekumben dapat
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan konsumsi oksigen miokardium dan kerja berlebihan.
f)       Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional       : stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang
terkait dengan meningkatkan tekanan darah dan frekuaensi atau kerja jantung.
g)      Berikan oksigen dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
Rasioinal      : meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan
miokardium sehingga melawan efek iskemia.
h)      Kolaborasi dengan dokter pemberian amiodaron
Rasional       : mempunyai farmakodinamik meningkatkan masa
refrakter serta memperpanjang aktivasi sel jantung.
2)      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
-       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi.

-       Kriteria hasil
a)        Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai dengan peningkatan TD, RR, dan nadi
b)        Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
c)        TTV dalam batas normal
-       Intervensi :
a)        Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
Rasional      : mencegah kesalahfahaman antara pasien  dan
perawat serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan perawat.
b)        Kaji respon klien terhadap aktivitas , perhatikan frekuensi nadi 20 x/menit di atas frekuwensi istirahat
Rasional   : Dengan mengkaji respon klien terhadap aktivitas , perhatikan frekuensi nadi 20 x/menit di atas frekuwensi istirahat dapat membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktivitas.
c)        Intruksikan pasien tentang penghematan energi
Rasional   :  Teknik penghematan energi selain untuk menghemat energi tetapi juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
d)       Kaji sejauhmana aktivitas dapat ditoleransi
Rasional   : Mendorong kemandirian aktivitas dan mengetahui sejauhmana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas dan perawatan diri
e)        Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas bertahap
Rasional   : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
3)      Penurunan perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
-       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam terjadi perbaikan perfusi jaringan perifer
-       Kriteria hasil
a)      Kulit hangat dan kering
b)      Pasien terlihat rileks
c)      Pasien memperlihatkan perbaikan status mental
-       Intervensi
a)        Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
Rasional      : mencegah kesalahfahaman antara pasien  dan
perawat serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan perawat.
b)        Kaji warna kulit, suhu, sianosis, dan nadi perifer.
Rasional      : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan
tahanan perifer.
c)        Kaji adanya kongestif hepar pada abdomen kanan atas
Rasional      : sebagai dampak gagal jantung akan ditemukan
adanya tanda kongestif.
d)       Observasi TTV
Rasional      : untuk mengetahui keadekuatan fungsi dan
vaskularisasi secara keseluruhan.
4)      Ansietas b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, dan ancaman atau perubahan kesehatan.
-       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan tidak terjadi.
-       Kriteria hasil
a)      Pasien kooperatif
b)      Pasien tidak gelisah
c)      Dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.
-       Intervensi
a)      Beri penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
Rasional       : mencegah kesalahfahaman antara pasien  dan
perawat serta meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan perawat.
b)      Kaji tanda-tanda dan ekspresi dari kecemasan pasien
Rasional       : kecemasan yang meningkat menyebabkan
pelepasan katekolamin yang berkontribusi sebagai peningkat kebutuhan oksigen miokardium.
c)      Beri lingkungan yang tenang dan suasana yang aman
Rasional       : mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
d)     Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
Rasional       : dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
e)      Tanyakan keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan pasien saat ini.
Rasional       : dapat membantu menemukan jalan keluar masalah
yang dihadapi pasin sehingga mengurangi beban psikologi pasien.
5)      Kurang pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara menghindari komplikasi.
-       Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien tentang penyakitnya dapat meningkat.
-       Kriteria hasil
a)      Pengetahuan pasien meningkat tentang pengobatan dan komplikasi penyakit.
b)      Pasien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit, serta mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
-       Intervensi
a)      Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional       : Mempermudah dalam memberikan penjelasan
pada pasien.
b)      Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab serta jelaskan kondisi tentang pasien
Rasional       :  Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas.
c)      Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan
Rasional       : meningkatkan pengetahuan pasien tentang
pengobatan yang harus dikonsumsi.
d)     Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan
Rasional       : pengetahuan pasien mengenai perubahan gaya
hidup dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit.
e)      Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan atau mendukung
Rasional       : mempermudah keefektifan pemberian informasi
yang adekuat.

d)     Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan ventrikel takikardi sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
e)      Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).




DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M dan Suastika, I.K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Boru, C.Y. 2011. http://dokumen.tips/documents/makalah-blok-29-vt.html. Diakses tanggal 4 Januari 2016.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, A.W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Interna Publishing.
Yuniadi, Y. (2009). Clinical Aplication of Amiodarone Trials, 30(1), 25–31.

1 komentar:

  1. Las Vegas casino to close on June 23, as demand for poker
    Las 김포 출장안마 Vegas casino will 익산 출장마사지 reopen 화성 출장샵 on June 23, 군산 출장안마 said 광주 출장마사지 Wynn Resorts Chief Executive Officer City: 8 p.m.

    BalasHapus