LAPORAN
PENDAHULUAN
“VENTRIKEL
TAKIKARDI”
ANNISA
RAHAYU
(14.401.13.012)
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN
AJARAN 2015
“VENTRIKEL
TAKIKARDI ”
1.
Definisi
- Ventrikel takikardi (VT) adalah terdapat
tiga atau lebih premature ventricular
contraction (PVC) atau ventricular
extrasystoles (VES) dengan laju lebih dari 120 kali permenit (Sudoyo, A.W.
et al, 2009).
- Ventrikel takikardi (VT) adalah
disritmia jantung yang diakibatkan oleh peningkatan iritabilitas miokard
(Muttaqin, A. 2012).
- Ventrikel takikardi (VT) adalah denyut
jantung cepat yang dimulai di ruang jantung bagian bawah (ventrikel). Konduksi
listrik ventrikel berlangsung abnormal sehingga mengganggu sinyal listrik yang
datang dari nodus sinoatrial, alat pacu jantung alami sehingga tidak
memungkinkan cukup waktu bagi jantung untuk terisi sebelum berkontraksi,
sehingga aliran darah ke seluruh tubuh terganggu. Takikardia ventrikel biasanya
berhubungan dengan masalah jantung termasuk penyakit arteri koroner,
kardiomiopati, prolaps katup mitral, kelainan katup jantung, dan penyakit lain
seperti sarkoidosis (Kamus Kesehatan).
2.
Klasifikasi
Secara umum VT dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Monomorfik
VT yang memiliki
kompleks QRS yang sama pada setiap denyutan dan menandakan depolarisasi yang berulang
dari tempat yang sama (Sudoyo, A.W. et al, 2009).
b. Polimorfik
VT yang memiliki kompleks QRS yang
bervariasi (berubah) dan menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah
dari beberapa tempat. Pada umumnya disebabkan oleh infark miokard. Bila VT
berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained
dan sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non sustained (Sudoyo, A.W. et al, 2009).
Klasivikasi VT berdasarkan etiologinya :
a) VT
ideopatik : alur keluar ventrikel kanan Umumnya VT jenis ini disebabkan
oleh
proses automatisasi, trigerred activity, dan takikardi dengan perantaraan
siklik AMP yang
dirangsang oleh saraf adrenergic dan sensitive terhadap
peningkatan kalsium intrasel
b) VT idiopatik ventrikel kiri: istilah lain
untu kVT jenis ini adalah takikardi fasikular karena adanya
proses reentry pada
fasikel anterior dan
posterior sebagai penyebab takikardi.
c) VT
kardiomiopati dilatasi non iskemia
Bundle
branch reentrant VT:
VT jenis ini
ditemukan pada pasien kardiomiopati dilatasi idiopatik
(noniskemia). Secara klinis, VT jenis ini berbahaya sehingga menyebabkan sinkop
atau henti jantung.
Arrhytmogenic right ventricular
dysplasia (ARVD) VT yang terdapat infiltrasi lemak dan jaringanparu
pada miokard ventrikel kanan.
Karakteristiknya adalah kompleks QRS
denganmorfologi blok berkas. Tatalaksan jenis VT ini adalah ICD
(implantable cardioverter defibrilator) yang efektif mencegah kematian jantung
mendadak
d) VT ischemia
disebabkan oleh penyakit jantung koroner seperti infark miokard akut (Boru, C.Y. 2011)
3.
Etiologi
a. Idiopatik,
tidak dapat ditentukan penyakit dasarnya.
b. Penyakit
jantung koroner (PJK) seperti infark miokard akut (IMA), pasca IMA.
c. Kardiomiopati
(kongestif atau dilatasi, hipertrofik, miokarditis akut, alkoholik).
d. Penyakit
jantung rematik terutama pada pasca penggantian katup.
e. Penyakit
jantung hipertensi.
f. Prolap
katup mitral.
g. Payah
jantung akibat PJK, PJR, PJH, atau ideopatik.
h. Metabolik
(hipokalemia, hipertiroid).
i.
Sindrome QT memanjang.
j. Gejala-gejala yang sering muncul pada
penyakit paru,trauma jantung, obat-obatan dan sarkoidosis.
(Bakta,
I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
4.
Manifestasi
a. Asimtomatik
b. Simtomatik
1) Palpitasi
a) Denyut
jantung keras
b) Denyut
jantung berhenti
c) Pukulan
di daerah dada
d) Dada
bergetar
e) Denyut
jantung cepat
f) Denyut
jantung tidak teratur
2) Pusing
hingga sinkop, dyspneu
3) Keluhan
penyakit dasar seperti payah jantung yang memburuk, angina pektoris, dan
lain-lain.
(Bakta,
I.M, dan Suastika, I.K. 1999).
Irama
ventrikular yang dapat di ketahui dengan EKG adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi
150-200 denyut permenit
b. Gelombang
P biasanya tenggelam dalma kompleks QRS, bila terlihat tidak selalu mempunyai
pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan
kontraksi atrium.
c. Kompleks
QRS mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi PVC, yaitu lebar dan
aneh, dengan gelombang T terbalik.
d. Hantaran
berasal dari ventrikel dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan
penyambung dan atrium.
e. Irama
biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi takikardia ventrikel ireguler.
(Muttaqin,
A. 2012).
5.
Patofisiologi
dan Pathway
a) Patofisiologi
-
Aritmia ventrikel karena gangguan
automaticity biasanya tercetus pada keadaan infark miokard akut, gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan asam
basa dan tonus adrenergic yang tinggi.
-
Reentri merupakan mekanisme aritmia yang
biasanya disebabkan oleh IMA dan kardiomiopati dilatasi yang terbentuk akibat
infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal
untuk terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah terbentukmaka eritmia
ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak.
6.
Komplikasi
a. VF
(Ventrikel Fibrilasi)
b. Gagal
jantung
c. Kematian
mendadak
d. Terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada
pembuluh darah lainnya.
(Zagoto, R.R. 2012).
7.
Pemeriksaan
Penunjang
a) EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi, gangguan irama jantung dan efek ketidak seimangan elektrolit dan obat
jantung
b) Monitor
holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana gangguan irama jantng timbul dapat juga mengevaluasi fungsi
pacu jantung
c) Rongen
dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan katup
d) Scan
pencitraan miokard
Dapat menunjukkan area iskemik atau kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal dinding dan kemampuan pompa
e) Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat menyebabkan gangguan irama jantung
f) Pemeriksaan
tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkab atau meningkatnya gangguan irama jantung
g) Laju
sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut
atau aktif (endocarditis sebagai factor pencetus gangguan irama jantung)
8.
Penatalaksanaan
a) Bila keadaan hemodinamik stabil, terminasi
VT dilakukan dengan pemberian obat-obatan secara
intravena seperti :
1)
Amiodaron dengan dosis pembebanan 15
mg/menit diberikan dalam 10 menit dan diikuti dengan infus kontinue 1 mg/ menit
selama 6 jam dan dosis pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Kontra indikasi :
Sinus bradikardia, blok SA (sino-atrial) , blok AV
(atrioventrikuler), sinus Syndrome, gangguan fungsi tiroid, wanita hamil dan
menyusui. Faktor yang harus diperhatikan
:
Perhatian Monitor tekanan darah, fungsi tiroid, fungsi hati
secara teratur. Hati-hati pada tekanan darah tinggi, insufisiensi pemafasan
berat, kardiomiopati dan payah jantung.
Cara kerja :
Merupakan obat antiaritmia dari klas III, yang mekanisme
kedanya memanjangkan repolarisasi. Amiodaron diabsorbsi secara lambat dan tidak
sempurna pada pemberian oral, kadar puncak tercapai setelah 5-6 jam. Amiodaron
terikat pada jaringan dan dimetabolisme secara lambat dihati. Waktu paruhnya
panjang, yaitu 25-60 hari.Karena memerlukan beberapa bulan untuk mencapai efek
penuh, diperlukan dosis awal
(loading dose) selama 8-10 hari dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan. Pengobatan dinilai setelah 2-8 rninggu; dan diteruskan bila aritrnia ventrikel tidak dapat dilbangkitkan lagi.
(loading dose) selama 8-10 hari dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan. Pengobatan dinilai setelah 2-8 rninggu; dan diteruskan bila aritrnia ventrikel tidak dapat dilbangkitkan lagi.
Interaksi obat :
a.
Penggunaan bersama amiodarone dengan
simvastatin dan lovastatin dosis tinggi dapat meningkatkan risiko myopati.
Mekanismenya adalah hambatan CYP450 3A4 di interstinal dan hepar yang
menyebab kan bioavalibiliti dan
menurunkan klirens simvastatin (Yuniadi, 2009).
b.
Pemberian amiodaron
bersama digoksin akan meningkatkan kadar
digoksin serum hingga 100% sehingga
menyebabkan intoksikasi. Peningkatan
ini lebih tinggi lagi pada anak-anak. Lidokaine dapat diberikan dalam
dosis 100 mg bolus intravena selama beberapa menit. Jika berhasil, lanjutkan
dalam bentuk infus 2-4 mg/menit (Yuniadi, 2009).
2)
Prokainamid
3)
Dopamin
4) Kardioversi
elektrik yang dapat dimulai dengan energi rendah (10 joule dan 50 joule
5) Penatalaksanaan
jangka panjang menggunakan ICD atau The
Multicenter Automatic Defribrillator Trial atau MADIT.
(Sudoyo, A.W. et al, 2009).
9.
Konsep
Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
1) Identitas
Ventrikel takikardi dapat
ditemukan pada pasien segala usia serta meningkat pada usia > 60 tahun serta
paling sering di jumpai pada pasien dengan IMA (Bakta, I.M, dan
Suastika, I.K. 1999).
2) Keluhan
utama
Dalam mendapatkan anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk
menentukan adakah kehilangan kesadaran atau tidak (Boru, C.Y., 2011).
3)
Riwayat penyakit
a) Riwayat
penyakit sekarang
Pasien yang mengalami
ventrikel takikardi akan mengalami palpitasi, denyut jantung keras, denyut
jantung berhenti, pukulan di daerah dada, dada bergetar, denyut jantung cepat,
serta denyut jantung tidak teratur. Keluhan penyakit dasar seperti payah
jantung yang memburuk, angina pektoris, dan lain-lain (Bakta, I.M, dan
Suastika, I.K. 1999).
b) Riwayat
penyakit dahulu
Penderita IMA bisa terserang
ventrikel takikardi (Boru, C.Y., 2011).
c)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya sindrom QT
panjang atau kardiomiopati turunan (Boru, C.Y., 2011).
4) Pemeriksaan
fisik
Keadaan
umum :
kelelahan umum
Sirkulasi : perubahan TD hipertensi atau hipotensi,
nadi tidak teratur,
devisit nadi,bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi eksterna,
Integritas
ego : perasaan gugup, perasaan, terancam, cemas
Makanan
dan cairan : hilang nafsu makan
atau anoreksia
Neurosensori : pusing, berdenyut, disorientasi,
bingung,
perubahan
pupil
B1
(Breathing)
Pola napas dinilai
kecepatan, irama, dan auskultasi.
Bunyi napas yang
dinilai normal, vesikuler, bronkovesikuler, wheezing, ronchi, penurunan atau
hilangnya bunyi napas dapat menunjukkan adanya pnemotorak atau fibrosa pada
pleura.
Ekspansi dada dinilai
penuh atau tidak penuh dan dinilai kesimetrisannya.
B2
(Blood)
Irama jantung
frekuensi, regular atau ireguler, adanya distensi vena jugularis.
Tekanan darah, hipotensi
dapat terjadi akibat dari penggunaan ventilator.
Bunyi jantung yang
dinilai S1 terdengar saat kontraksi jantung atau systole ventilator, S2
terdengar saat akhir kontraksi ventrikel, S3 dikenal dengan ventricular gallop
menandakan adanya dilatasi ventrikel.
Edema dikaji lokasi dan
derajatnya.
B3
(Brain)
Tingkat kesadaran biasanya mengalami
penurunan kesadaran
akibat hipoksia.
B4
(Bladder)
Biasanya terpasang kateter urin untuk mengetahui intake
dan output yang sesuai kebutuhan tubuh pasien
B5
(Bowel)
Pencernaan
yang dikaji rongga mulut,ada atau tidaknya lesi pada mulut perubhan pada warna
pada lidah dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi
Bising
usus ada atau tidaknya dan kualitas bising usus harus dikaji lakukan observasi
kurang lebih 2 menit
B6
(Bone)
Tulang, otot, integument,
warna kulit, integritas kulit perlu dikaji adanya lesi dan dekubitus, turgor
kulit serta suhu, dan kelembaban kulit untuk mengetahui adanya tanda-tanda syok
kardiogenik.
b) Diagnosa keperawatan
1) Penurunan
curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
2) Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
3) Penurunan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
4) Ansietas
b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, dan
ancaman atau perubahan kesehatan.
5) Kurang
pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara menghindari
komplikasi.
c)
Intervensi
1) Penurunan
curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
- Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan penurunan curah jantung dapat teratasi dan dapat
menunjukkan TTV dalam batas normal.
- Kriteria
hasil :
a) Pasien
melaporkan penurunan episode dyspnea
b) Tekanan
darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
c) Tidak
terjadi aritmia denyut jantung
- Intervensi
a) Beri
penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara
pasien dan
perawat serta
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan perawat.
b) Kaji
adanya penurunan curah jantung
Rasional : kejadian mortalitas dan morbiditas
berhubungan
dengan
IMA yang lebih dari 24 jam pertama.
c) Kaji
frekuensi dan irama jantung
Rasional : biasanya terjadi takikardi meskipun
saat
Beristirahat.
d) Observasi
pengeluaran urine, catat kepekatan atau konsentrasi urine
Rasional : ginjal berespon untuk menurunkan curah
jantung
dengan
menhan natrium dan cairan.
e) Berikan
posisi semirekumben pada tempat tidut atau kursi
Rasional : istirahat dengan posisi semirekumben
dapat
memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan konsumsi oksigen miokardium dan kerja
berlebihan.
f) Berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : stres emosi menghasilkan vasokonstriksi
yang
terkait dengan
meningkatkan tekanan darah dan frekuaensi atau kerja jantung.
g) Berikan
oksigen dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi
Rasioinal : meningkatkan kesediaan oksigen untuk
kebutuhan
miokardium
sehingga melawan efek iskemia.
h) Kolaborasi
dengan dokter pemberian amiodaron
Rasional : mempunyai farmakodinamik meningkatkan
masa
refrakter
serta memperpanjang aktivasi sel jantung.
2) Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan.
- Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi.
- Kriteria
hasil
a)
Pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa disertai dengan peningkatan TD, RR, dan nadi
b)
Pasien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri
c)
TTV dalam batas normal
- Intervensi
:
a)
Beri penjelasan mengenai prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara
pasien dan
perawat serta meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan perawat.
b)
Kaji respon klien terhadap aktivitas ,
perhatikan frekuensi nadi 20 x/menit di atas frekuwensi istirahat
Rasional : Dengan
mengkaji respon klien terhadap aktivitas , perhatikan frekuensi nadi 20 x/menit
di atas frekuwensi istirahat dapat membantu dalam mengkaji respon fisiologis
terhadap stres aktivitas.
c)
Intruksikan pasien tentang penghematan
energi
Rasional : Teknik
penghematan energi selain untuk menghemat energi tetapi juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
d)
Kaji sejauhmana aktivitas dapat
ditoleransi
Rasional : Mendorong
kemandirian aktivitas dan mengetahui sejauhmana kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas dan perawatan diri
e)
Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas bertahap
Rasional : Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba
3) Penurunan
perfusi jaringan perifer b.d penurunan curah jantung.
- Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam terjadi perbaikan perfusi jaringan
perifer
- Kriteria
hasil
a) Kulit
hangat dan kering
b) Pasien
terlihat rileks
c) Pasien
memperlihatkan perbaikan status mental
- Intervensi
a)
Beri penjelasan mengenai prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara
pasien dan
perawat serta
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan perawat.
b)
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, dan
nadi perifer.
Rasional : mengetahui derajat hipoksemia dan
peningkatan
tahanan
perifer.
c)
Kaji adanya kongestif hepar pada abdomen
kanan atas
Rasional : sebagai dampak gagal jantung akan
ditemukan
adanya
tanda kongestif.
d)
Observasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadekuatan fungsi dan
vaskularisasi
secara keseluruhan.
4) Ansietas
b.d rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, dan
ancaman atau perubahan kesehatan.
- Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan tidak terjadi.
- Kriteria
hasil
a) Pasien
kooperatif
b) Pasien
tidak gelisah
c) Dapat
mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya.
- Intervensi
a) Beri
penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga.
Rasional : mencegah kesalahfahaman antara
pasien dan
perawat serta
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur yang akan
dilakukan perawat.
b) Kaji
tanda-tanda dan ekspresi dari kecemasan pasien
Rasional : kecemasan yang meningkat menyebabkan
pelepasan katekolamin
yang berkontribusi sebagai peningkat kebutuhan oksigen miokardium.
c) Beri
lingkungan yang tenang dan suasana yang aman
Rasional : mengurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
d) Beri
kesempatan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
Rasional : dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran
yang tidak diekspresikan.
e) Tanyakan
keluhan dan masalah psikologis yang dirasakan pasien saat ini.
Rasional : dapat membantu menemukan jalan keluar
masalah
yang dihadapi pasin
sehingga mengurangi beban psikologi pasien.
5) Kurang
pengetahuan b.d defisit informasi tentang pengobatan dan cara menghindari
komplikasi.
- Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dapat meningkat.
- Kriteria
hasil
a) Pengetahuan
pasien meningkat tentang pengobatan dan komplikasi penyakit.
b) Pasien
mampu menjelaskan kembali tentang
penyakit, serta mengenal kebutuhan
perawatan dan pengobatan tanpa cemas.
- Intervensi
a)
Kaji pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : Mempermudah dalam memberikan penjelasan
pada pasien.
b)
Jelaskan tentang
proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab serta jelaskan kondisi tentang pasien
Rasional :
Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas.
c) Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif
pengobatan
Rasional :
meningkatkan pengetahuan pasien tentang
pengobatan
yang harus dikonsumsi.
d) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan
Rasional :
pengetahuan pasien mengenai perubahan gaya
hidup dapat mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut dari penyakit.
e) Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan atau mendukung
Rasional :
mempermudah keefektifan pemberian informasi
yang
adekuat.
d)
Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Effendi, 1995). Implementasi keperawatan ventrikel takikardi sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat sebelumnya.
e)
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M dan Suastika, I.K. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC.
Boru, C.Y. 2011. http://dokumen.tips/documents/makalah-blok-29-vt.html.
Diakses tanggal 4 Januari 2016.
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, A.W. et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta : Interna Publishing.
Yuniadi, Y. (2009). Clinical
Aplication of Amiodarone Trials, 30(1), 25–31.
Zagoto, R.R. 2012. https://www.scribd.com/doc/111633988/Komplikasi-Dan-Prognosis-Aritmia-Rabel-Qori.
Diakses tanggal 4 Januari 2016.
Las Vegas casino to close on June 23, as demand for poker
BalasHapusLas 김포 출장안마 Vegas casino will 익산 출장마사지 reopen 화성 출장샵 on June 23, 군산 출장안마 said 광주 출장마사지 Wynn Resorts Chief Executive Officer City: 8 p.m.